PROSULUT.com, Kotamobagu – Tokoh pendidikan Kotamobagu Djainudin Damopolii menilai
Pernyataan Yasti Soepredjo Mokoagow (YSM), di pidato politik kampanye dialogis salah satu calon walikota, soal berjuang dengan darah,
tidak mempunyai etika dan menganggap sebagai sosok yang bengis.
Djainudin mengatakan pernyataan bahwa pendukung harus berjuang dengan darah, seolah olah mengajak masyarakat Kotamobagu harus berkelahi menggunakan kekerasan jika ingin meraih kemenangan di Pilwako Kotamobagu.
Pasalnya, pernyataan tersebut tidak lagi mencerminkan adat istiadat serta budaya orang Bolaang Mongondow yang menjunjung tinggi rasa kebersamaan dan persaudaraan yang dicontohkan para leluhur.
” Kami menghormati setiap calon yang maju, tetapi kampanye yang dilakukan harus tetap mencerminkan karakter orang Mongondow. Kita selalu mengutamakan persatuan, sopan santun, dan menghargai satu sama lain seperti yang telah diajarkan oleh para leluhur, bukan dengan cara memprovokasi atau membuat perpecahan, apalagi seolah olah mengajak pendukung berkelahi, ” Tutur Djainudin saat menghadiri kampanye dialogis pasangan the winner, Senin 14 Oktober 2024.
Iapun mengajak kepada masyarakat kotamobagu agar tetap menjaga persatuan dan kesatuan serta tali persaudaraan, hadapilah pesta demokrasi lima tahun sekali dengan riang kegembiraan.
‘ Apakah setiap pilkada kita harus dengan bengis ? Kan tidak harus seperti itu. mungkin versi yasti iya. karena sesuai pernyataannya bahwa harus berjuang dengan darah,” Tutur Djainudin juga mantan Wakil Walikota Kotamobagu.
Pernyataan Yasti ini juga, tak heran juga banyak warga menganggap Yasti Soepredjo Mokoagow
tidak mengerti tentang etik terkait dengan budaya orang mongondow dan dinganggap tidak pernah belajar dan bahkan tidak tahu sejarah bolaang mongondow, karena dengan gampangnya dia mengucapkan pernyataan soal berjuang dengan darah. (Samsu)