SMP 11 Manado Optimis Pertahankan Budaya Lokal
PROSULUT.COM, MANADO – Untuk mempertahankan misi dan visi sebagai sekolah berbasis budaya lokal, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 11 Manado, optimis dan terus melakukan terobosan dengan harapan dapat memberikan sesuatu yang lain dari sekolah – sekolah kebanyakan.
Salah satunya tradisi ‘Tabea’yang memiliki makna kesopanan atau perilaku dan dapat diartikan permisi. Kata sapaan tersebut sifatnya lebih halus dan umum diucapkan kepada orang yang dihormati, orang tua, teman atau sahabat.

Kepala SMP Negeri 11 Manado, Drs Enoch Telfianus Saul, mengatakan, dipilihnya predikat sekolah budaya karena keterpanggilan dirinya untuk menggali kembali budaya daerah yang mulai ditinggalkan.
“Sebenarnya masih banyak budaya – budaya lokal yang dapat dikembangkan di sekolah ini. Namun saya bersama para guru masih menelaah dan mengevaluasi apakah budaya – budaya itu dapat atau layak diterapkan kepada siswa,” ujar Enoch kepada Prosulut.com, Senin (25/09/2023).
Untuk membuktikan keseriusannya, Enoch dan para pendidik melombakan beberapa permainan tradisonal, seperti tali tanah (hadang), egrang (berjalan menggunakan bambu), lompat goro (lompat tali), sewaktu memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI), 17 Agustus lalu.

Dia berharap melalui perlombaan seperti itu, dapat memberikan pemahaman kepada siswa kalau jauh sebelum generasi mereka telah ada permainan – permainan tradisional dan tidak kalah menariknya.
Sementara pantauan Prosulut.com, terlihat sejumlah tulisan berbahasa daerah yang telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia. Begitu dengan foto dan gambar yang mengisahkan tokoh – tokoh daerah. Begitu juga saat Prosulut.com mengitari sekolah, sejumlah siswa menyapa dengan kata tabea. (jeting)